Posted on Januari 16, 2014
Kemacetan Yang membosankan
Baru juga datang dari aceh ke jakarta, udah di hadang macet yang membosankan, memang istri yang nyetir sih tapi ngelihatnya aja capek gimana kalau bawa sendiri, tadi nya mau bawa sendiri tapi istri bilang biar dia aja yang bawa mobil nya karena aku baru datang dan capek di jalan, tapi kenyataannya hmmm bikin kesal banget, foto di atas aku ambil langsung dari mobilku, dan aku posting ini dari HP aku
Posted on Januari 9, 2014
Pemberontakan Para Borjuis Terhadap Kenaikan Elpiji 12 Kg
- LPG
Â
Â
Apa yang ada di benakmu kalau melihat foto ini
- Berlibur
Kembali ke pertanyaan tadi, mungkin jawabannya ragam ya.. Ada yang bilang Pantai, ada yang sebut Bule, ada juga yang bilang alam yang bagus
api kalau saya cenderung jawab.. Cuma orang kaya yang bisa ke tempat macam ini.. At least sebagian besar demikian
- berlibur lagi nih
Tempat di foto ini adalah sebuah restoran di atas sebuah tebing daerah Ungasan, Bali
Seperti biasa, setiap memesan makanan, saya kadang suka menengok ke dapur restoran, sekedar untuk lihat cara sang koki memasak
Cukup janggal, ketika saya tengok ke dapur restoran ini, ternyata tempat mewah ini memakai tabung gas elpiji 3kg alias tabung melon
Pikir saya, “Kok tempat semewah ini pakai tabung melon alias gas elpiji 3kg? Bukannya tabung melon itu subsidi?”
Coba lihat baik-baik foto yang saya kasi tadi, tamunya bule semua, termasuk saya :p
Bisa jadi, pendapatan harian restoran mewah di tebing Ungasan Bali ini meraup ribuan dollar.. Masak pakai tabung melon elpiji 3kg sih?
Tak tahan rasa penasaran, saya tanya sama orang-orang di dapur restoran mewah ini, “Kok pakai tabung elpiji 3kg, Bli?”
Si Bli (sebutan mas untuk orang Bali) menjawab, “Bos yang suruh ganti, katanya karena harga elpiji 12kg mau naik. Untuk efisiensi bisnis,”
“Tadinya kita pakai tabung 12kg, tapi ya sekarang ganti, antisipasi kenaikan harga,” kata salah seorang staff restoran mewah ini.
Saya tanya lagi, “Bli tahu tidak kalau tabung gas 3kg itu disubsidi pemerintah?”
Si Bli itu jawab lagi, “Ya tahu sih, tapi bos bilang ganti elpiji 3kg, ya mau gimana, saya kan cuma staff,”
Memang kalau dipikir-pikir, banyak pengusaha dan orang kaya itu medit alias pelit ya, masak maunya pakai yang subsidi sih
Harga tabung gas elpiji 12kg memang akan naik.. Dan banyak pihak mulai ribut dengan seolah-olah mengatakan kalau rakyat akan tercekik
Mungkin yang teriak-teriak tolak elpiji 12kg naik itu tidak tahu bahwa elpiji 12kg tabung biru itu memang produk bisnis
Kalau untuk rakyat, kita sudah punya elpiji 3kg tabung melon yang harganya disubsidi pemerintah
Tabung elpiji 12kg itu tidak disubsidi dan harganya mengikuti mekanisme pasar, berbeda dengan elpiji 3kg yang disubsidi
Jadi ya wajar saja kalau elpiji 12kg harganya naik.. Kok malah ribut-ribut pakai isu seolah-olah rakyat akan susah kalau harganya naik
Setiap warga yang merasa tidak mampu beli elpiji diharga pasar, ya silakan beli elpiji 3kg, tapi kalau mampu beli harga pasar ya pakai 12kg
Kalau anda sebetulnya mampu beli yang 12kg tapi merasa perlu efisiensi alias penghematan alias pelit alias medit, ya migrasi saja ke 3kg
Seperti restoran mewah ini, karena bosnya merasa perlu efisiensi, padahal pendapatan ribuan dolar per hari, ya sah-sah saja pindah ke 3kg
Tapi ya jadinya kelihatan banget pelitnya. Masak orang mampu pakai barang bersubsidi?
Memangnya para pengusaha ini berpikir kalau subsidi itu unlimited alias tidak terbatas? Beda cerita kalo negara mampu menyubsidi semua orang
Elpiji 12kg dan 3kg ini sedikit banyak mirip dengan pertamax dan premium, meski tidak apple to apple
Pertamax merupakan produk bisnis yang harganya mengikuti mekanisme pasar, sedangkan premium disubsidi karena untuk masyarakat kurang mampu
Memang pada kasus pertamax versus premium, keduanya juga berbeda kandungan, pertamax beroktan 92, premium beroktan 88
Pada kasus elpiji 12kg dan 3kg tidak ada perbedaan kandungan, keduanya gas yang sama, hanya saja 12kg tidak disubsidi, 3kg disubsidi
Walaupun sah-sah saja pengusaha restoran mewah ini pakai elpiji 3kg, tapi ya agak gimana gitu melihatnya
Melihat orang mampu pakai elpiji 3kg itu seperti melihat orang pakai mobil mercedes terbaru 2013, tapi pakai premium
Mercedes 2013 pakai premium.. Hmmmm.. Selain tidak tahu malu, juga merusak mesin kalee 😀 mobil kayak gini harus pertamax plus
Kalau semua orang kaya pakai barang bersubsidi, cukup kah ketersediaan barang bersubsidi untuk seluruh orang kurang mampu?
Pertanyaannya kemudian, kenapa ada orang-orang teriak jangan naikkan elpiji 12kg? Padahal elpiji 12kg bukan konsumsi rakyat kebanyakan?
Kira-kira siapa saja yang akan dirugikan dengan naiknya harga elpiji 12kg? Kan elpiji 12kg bukan produk bagi rakyat tak mampu?
Politisi dan parpol tiba-tiba mengatasnamakan rakyat menolak kenaikan elpiji 12kg? Siapa yang mendanainya?
Kenapa tiba-tiba muncul pemberontakan borjuis? Yes, bagi saya penolakan kenaikan harga elpiji 12kg adalah pemberontakan borjuis
Jawabannya sudah saya sebutkan kategorinya di awal
Adalah para pengusaha restoran, mal, hotel dan lain sebagainya yang menjadi dalang di balik penolakan kenaikan harga elpiji 12kg
Bisa bayangkan tidak, gurita retail milik Chairul Tanjung akan mengalami peningkatan beban usaha berapa banyak kalau elpiji 12kg naik?
Bisa bayangkan ratusan mal Lippo, Ciputra, juga ratusan gerai retail Syamsul Nursalim akan catat kenaikan beban usaha berapa?
Saya akan dukung penolakan kenaikan harga elpiji kalau kenaikannya terjadi pada elpiji bersubsidi
Itupun jika kenaikan elpiji 3kg disebabkan oleh pengurangan subsidi, bukan karena harga dasar gasnya yang memang sudah naik di pasar global
Tapi kalau penolakan kenaikan elpiji 12kg, apa mesti didukung? Jadi kita harus dukung penolakan kenaikan harga bbm pertamax? Tak logis bung
Coba saja kita ambil contoh, Irman Gusman bersuara tolak kenaikan elpiji 12kg. Wajar saja, ia punya Rumah Makan Padang banyak banget
Maklum saja, Irman Gusman kan mau maju Capres (meski tidak jelas kapalnya), kalau elpiji 12kg naik, keuntungan dia untuk nyapres bakal seret
Mirip sama Chairul Tanjung, dia juga mau nyapres, makanya danai penolakan elpiji 12kg, supaya ribuan retail miliknya tetep untung gede
Saya bukan orang kaya, tapi orang di kelas menengah. Dan saya tetap pakai elpiji 12kg
Berapapun kenaikan harganya, saya tetap pakai elpiji 12kg dan tetap pakai pertamax atau shell yang super.
Yes, tweet saya tadi bukan sombong, tapi karena saya sadar diri bahwa elpiji bersubsidi 3kg tabung melon masih banyak yang membutuhkan
Harga elpiji 12kg non subsidi itu Rp 5.850/kg, akan naik ke Rp 9.000/kg. Harga per tabung 12kg dari Rp 77.000 akan naik ke Rp 139.800
Selisih harga baru dari harga lama per tabungnya kira-kira Rp 62.800 atau setara dengan 6 bungkus rokok (dibulatkan)
Artinya, kalau sebulan rumah saya habiskan 1 tabung gas elpiji 12kg, saya cuma perlu tambah biaya 6 bungkus rokok saja
Kalau saya di rumah habiskan 2 tabung gas elpiji 12kg sebulan, saya cuma harus tambah biaya 12 bungkus rokok. Yakin itu berat?
Apa betul kelas menengah dan kelas atas tidak mampu menambah biaya rumah tangga sehari-hari sebanyak 6 s/d 12 bungkus rokok?
Masak ketimbang menambah biaya sehari-hari sebanyak 12 bungkus rokok karena kenaikan elpiji 12kg, lalu mau pindah ke elpiji subsidi?
Saya yakin semua kelas menengah dan kelas atas tidak ragu-ragu keluarkan biaya nonton bioskop sebesar Rp 100.000 tiap akhir pekan
Memangnya ada kelas menengah dan kelas atas yang protes ketika harga tiket bioskop naik dari jaman dulu 10.000 ke 50.000 kayak jaman skrg?
Oke anda bilang “Tapi bioskop kan swasta, mana bisa kita protes?”
Naah, sebetulnya anda sudah benar. “Perlakukanlah Pertamax dan Elpiji 12kg seperti produk swasta, karena mereka ikut mekanisme pasar,”
Shell V Power, Pertamax, Pertamax Plus, Blitzmegaplex, Elpiji 12kg, Zara, 21 Cineplex, Giordano, dll. Semuanya ikut mekanisme pasar
Kembali ke topik, masak mau protes kalau Zara naikkan harga bajunya? Atau Nike naikkan harga sepatunya?
Sama juga sama Pertamax, Elpiji 12kg, masak mau protes kalau harga keduanya naik? Wong dua produk ini mengikuti mekanisme pasar kok
Contoh lain, rupiah terhadap dolar AS sedang melemah drastis. Memangnya mau protes? Wong pergerakan kurs mengikuti mekanisme pasar kok
Kecuali kita hidup di jaman Orde Baru, dimana sebagian besar kebutuhan pokok dikendalikan harganya, juga nilai tukar rupiah
Ya memang begitulah konsekuensi hidup di era demokrasi kapitalis. Harga barang-barang pokok dilepas ke mekanisme pasar
Justru kita masih beruntung, negara masih menyediakan produk subsidi seperti premium, elpiji 3kg, malah kalau bisa beras, gula juga
Kalau seperti negara-negara maju alias kapitalis tulen, mana ada produk subsidi?
Bukankah itu yang kita mau ketika memutuskan jatuhkan Orde Baru? Menyesal? Ingin kembali ke Sistem ekonomi Orde Baru?
Salah satu mahar demokratisasi adalah kapitalisasi, bahkan pada barang-barang pokok. Jangan protes kalau memang mendukung Orde Terbaru
Seperti saya katakan tadi, kita cukup beruntung pemerintah masih sediakan barang pokok bersubsidi, meski hanya untuk masyarakat kurang mampu
Pesan saya buat yang teriak tolak kenaikan elpiji 12kg, apa betul berat menambah biaya bulanan rumah tangga sebanyak 6-12 bungkus rokok?
Kalau berat, ya pindah saja ke elpiji 3kg. Kok repot?
Oke ada yang bilang kalau bersamaan dengan wacana kenaikan elpiji 12kg, lalu elpiji 3kg menghilang dari pasaran. Berhubungan?
Bedakan dong. Apa yang saya twitkan tadi adalah landasan filosofi dari kenaikan harga elpiji 12kg yang tidak subsidi
Saya belum bicara pada tatanan lapangan. Menghilangnya elpiji 3kg itu masuk kategori lapangan bung, bukan filosofi.
Saya ulang ya, bagi saya kenaikan harga elpiji 12kg itu wajar dan sah karena ia tidak disubsidi dan harganya mengikuti mekanisme pasar
Kalau bicara hilangnya elpiji 3kg dari pasar, itu beda konteks. Tanya dong, kenapa elpiji 3kg menghilang?
Apakah kalau elpiji 12kg tidak jadi naik, lalu suplai elpiji 3kg akan kembali beredar? Berarti sebenarnya stok elpiji 3kg ada dong?
Mudah kan jawabnya, kalau pasokan ada tapi menghilang, berarti permainan spekulan
Saya kira, para distributor elpiji 3kg memanfaatkan wacana kenaikan elpiji 12kg untuk ikut menaikkan harga di pasaran
Kita harus lihat permasalahan lebih tepat. Semula saya bicara landasan filosofi kenaikan harga elpiji non subsidi sebagai kewajaran
Dan itu beda konteks dengan aksi para spekulan alias distributor elpiji 3kg untuk memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan
Bicara soal alasan kenaikan elpiji 12kg dengan fakta elpiji 3kg menghilang dari pasar itu tidak linier mas dan mba’e
Jadi harus dibedakan antara, menolak kenaikan elpiji 12kg dengan menolak hilangnya elpiji 3kg dari pasaran
Kenaikan elpiji 12kg adalah aksi bisnis pertamina, sedangkan hilangnya elpiji 3kg adalah aksi bisnis spekulan alias distributor.
Okelah, sekian dulu celoteh saya kali ini. Mau lanjut menikmati pantai di tebing Ungasan Bali dulu 😀
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â